
Dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, konsep pembelajaran berdiferensiasi kini semakin banyak diterapkan di berbagai satuan pendidikan, termasuk di tingkat SMP dan SMA. Inovasi ini terbukti membawa manfaat signifikan dalam menciptakan pengalaman belajar yang lebih efektif, menyenangkan, serta sesuai dengan kebutuhan setiap peserta didik.
Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pendekatan yang mengakomodasi berbagai perbedaan individu dalam proses belajar, baik dari segi gaya belajar, minat, kemampuan, maupun kebutuhan khusus setiap siswa. Dengan menerapkan strategi ini, guru dapat memberikan layanan pembelajaran yang lebih personal dan bermakna.
“Setiap anak itu unik. Mereka belajar dengan cara yang berbeda-beda. Ada yang visual, ada yang kinestetik, ada pula yang lebih nyaman dengan cara auditori. Dengan pembelajaran berdiferensiasi, kami mencoba menjawab kebutuhan tersebut, agar tidak ada lagi siswa yang merasa tertinggal atau tidak diperhatikan,” ungkap Ibu Yuyun Yuanita, S.Pd., salah satu guru Matematika di SMP Negeri 7 Malang yang telah aktif mengembangkan strategi ini di kelasnya.
Tidak hanya berdampak positif bagi siswa, inovasi pembelajaran berdiferensiasi juga mendorong para pendidik untuk lebih kreatif dan inovatif dalam menyusun perangkat ajar. Guru dituntut untuk menyajikan materi dalam berbagai format dan cara penyampaian, agar semua siswa dapat memahami pelajaran sesuai dengan karakteristik masing-masing.
“Sebelumnya saya hanya mengandalkan metode ceramah, tetapi sekarang saya lebih sering menggunakan media interaktif, diskusi kelompok berbasis minat siswa, hingga proyek-proyek kolaboratif. Hasilnya, keterlibatan siswa di kelas meningkat drastis,” tambah Ibu Yuyun.
Para siswa pun merasakan manfaat nyata dari pendekatan ini. Mereka mengaku lebih termotivasi, tidak mudah bosan, dan merasa lebih percaya diri karena kebutuhan belajar mereka diperhatikan secara individu. Beberapa siswa yang semula pasif di kelas kini mulai menunjukkan inisiatif dan semangat baru dalam menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan di beberapa sekolah model, penerapan pembelajaran berdiferensiasi terbukti dapat meningkatkan rata-rata hasil belajar siswa hingga 20% dibandingkan dengan model konvensional. Selain itu, angka ketidakhadiran siswa pun menurun karena suasana belajar yang lebih kondusif dan menyenangkan.
Meski demikian, penerapan pembelajaran berdiferensiasi tentu bukan tanpa tantangan. Keterbatasan waktu, jumlah siswa yang banyak dalam satu kelas, serta kurangnya pelatihan bagi guru menjadi beberapa kendala yang dihadapi. Namun dengan semangat kolaborasi, pelatihan berkelanjutan, dan dukungan dari berbagai pihak, hambatan tersebut perlahan dapat diatasi.
Penerapan inovasi pembelajaran berdiferensiasi ini sejalan dengan kebijakan Kurikulum Merdeka yang dicanangkan oleh Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, yang menekankan pentingnya pembelajaran yang berpusat pada peserta didik.
Dengan semakin meluasnya praktik ini di berbagai sekolah, diharapkan sistem pendidikan Indonesia dapat mencetak generasi yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga terampil, percaya diri, serta mampu beradaptasi dengan perubahan zaman.